Thursday, January 3, 2013

Dia si Penyelamat Kecebong

Suami saya gemar sekali dengan hal-hal yang berbau hewan melata dan atau keluarga amphibi. Dulu sewaktu ia berumur 18 tahun ia sering mengoleksi hewan melata baik dalam kondisi hidup dan mati. Hewan koleksinya terdahulu adalah akuarium berisi satu ekor katak dan beberapa ekor katak yang sudah mati dan disimpannya di dalam lemari es. Ia tidak tinggal sendirian di rumah kontrakan tersebut. Ia tinggal bertiga, dan kedua temannya pertama-tama kaget dengan apa yang ia lakukan itu, namun setelah terbiasa maka teman-temannya pun mengizinkan ia untuk menyimpan hewan mati di dalam lemari es yang dipakai bersama. Selain mempunyai hewan koleksi, suami saya juga mempunya koleksi buku mengenai amphibi dan reptile. Melihat keanehan yang dilakukan suami saya membuat ia dan kedua temannya merasa dekat satu sama lain dan mencoba memahami kelakuan masing-masing. Sampai saat ini ia dan kedua temannya menjadi sahabat dan mereka pun bersahabat juga dengan saya. Indahnya :-)

Buku koleksi tentang reptil dan amphibi
Salah satu hewan koleksi Suami, Triturus cristatus.






Saya sering kali menemani suami bekerja. Pekerjaannya adalah mengambil gambar diam maupun gambar bergerak. Selain bekerja sebagai pengambil gambar, ia juga merupakan seorang ahli biologi. Karena suhu udara cukup panas dan cerah yaitu mencapai 35 derajat maka kami melakukan perjalanan ke alam. Kami memutuskan pergi ke sebuah taman alam pegunungan alpen yang dilindungi yaitu Alpenpark Karwendel. Taman alam pegunungan alpen Karwendel terletak di dua wilayah yaitu Tirol, Austria dan Munich, Jerman. Taman alam pegunungan alpen ini dilindungi untuk dapat melakukan kegiatan konservasi yaitu melindungi keanekaragaman hayati baik flora dan fauna dan ekosistem, melindungi kebudayaan yang ada di dalamnya, dan dapat juga digunakan para pecinta alam untuk melakukan kegiatan berupa kegiatan penelitian maupun ekonomi seperti wisata dan atau rekreasi. Luas taman ini yaitu sebesar 727 km persegi. Taman ini mempunyai bermacam topografi mulai dari landscape (pemandangan bentang darat) dengan aliran sungai besar sampai puncak pegunungan.

Ketika saya sedang asyik bernyanyi di dalam mobil sementara suami mengemudi. Tiba-tiba ia menghentikan mobil.
Saya    : "Ada apa?"
Suami : "Tunggu disini sebentar. Sepertinya ada yang saya ingat di tempat dan cuaca seperti ini."

Dan ia pun meninggalkan saya sendirian di dalam mobil. Beberapa menit kemudian ia kembali menghampiri mobil dan meminta izin kepada saya untuk dapat meminjam botol minuman kepunyaan saya. Botol minuman berukuran 500 ml tersebut adalah satu-satunya air yang kami punya pada saat melakukan perjalanan. Itu pun hanya tersisa setengah penuh.
Saya    : "Buat apa?"
Suami : "Buat bayi-bayi kodok yang baru saja menetas dan di tempat mereka tidak ada air yang tergenang."
Saya    : "Kenapa? kok bisa?"
Suami  : "Karena cuaca hari ini panas sekali dan sudah dua hari tidak hujan, tidak ada sisa air lagi disana, tanah menjadi kering dan retak. Banyak anak-anak kodok yang yang sudah mati sebagian."
Saya     : "hmm... okeh, tapi kita tidak punya persediaan air lagi?."
Suami  : "Ya kita bisa mencarinya nanti."
Ia pun kembali berlari menuju tempat kodok tersebut. Dan beberapa menit kemudian dia muncul dengan botol penuh dengan kecebong (bayi kodok yang baru saja menetas dan belum mempunyai kaki belakang). Benar lah yang dia ingat adalah kondisi kodok dan telurnya yang baru saja menetas dan berada di area dataran tinggi yang jarang terdapat genangan air, kemudian mati karena kekeringan. Dan beruntung saja masih ada kecebong yang masih hidup. Karena lewat beberapa jam saja mungkin semua kecebong yang baru saja menetas akan mati sia-sia. Tempat ia mengambil kodok adalah hamparan rumput yang di kelilingi beberapa tegakan pohon Ahorn. Sebelumnya lahan tersebut terdapat genangan air yang cukup untuk kodok menetaskan telurnya. Namun karena sudah beberapa hari tidak turun hujan maka air itu menjadi surut.

Gambar Kecebong (bayi kodok) yang mati karena kekeringan
Suami melanjutkan mengemudi mobil dan mencari genangan air yang cukup banyak. Sementara mobil melaju saya mengangkat botol air minum dan melihat kegiatan yang dilakukan para kecebong. Ada yang terlihat tidak bergerak lama, ada yang menguapkan mulutnya ke permukaan air. Mereka bergantian mengambil udara di atas permukaan air kemudian kembali bertumpukan dan diam seperti mati. Tenyata mereka tidak mati -kecebong yang terlihat diam dan lama tidak bergerak-, mereka hanya menunggu giliran dan tempat kosong untuk ke permukaan air.                                                    
                                                           
Akhirnya suami saya menemukan tempat yang cocok buat para kecebong. Kami menemukan genangan air yang panjang dan mirip sebuah cucu sungai (anak dari anaknya sungai). Genangan tersebut adalah bukan danau namun merupakan anak sungai kecil yang alirannya tidak terlalu deras dan dipenuhi beberapa tumbuhan air di permukaan airnya.  Disana lah ia melepaskan para kecebong. Ia berharap semoga kecebong itu dapat meneruskan proses metamorfosisnya.

Ini adalah bukan kejadian pertama ia melakukan penyelamatan kepada para kecebong. Sewaktu ia masih kuliah pun, ia sering melakukan perjalanan ke area alam bebas dan ia sering menemukan kejadian yang sama persis. Maka dari itu ia ingat sekali apa yang biasa ia lakukan di musim panas jika hujan lama tidak turun. Semoga dengan membaca tulisan saya ini, saya berharap akan ada banyak pejuang penyelamat hewan maupun tumbuhan di planet bumi kita tercinta ini. Salam Kecebong :-)

Dia Si Penyelamat Kecebong

2 comments: